Arti Nama Seseorang
by Unknown
Ramalan Nama dan Arti Nama seseorang benar gak ya mempengaruhi pada perjalanan hidup seseorang ? Al-Amin Nasution ditetapkan sebagai tersangka korupsi. (Jawapos)
Akhir-akhir ini entah kenapa begitu banyak ketidakcocokan antara sebuah nama dan artinya. Sebenarnya ini satu keniscayaan. Tidak ada hubungan mutlak antara sebuah nama dengan perilaku orangnya. Kriminalitas yang semakin meningkat dan terekspos media tentu saja mengakibatkan semakin banyaknya nama-nama muncul di hadapan kita berikut berbagai kasus yang mempopulerkan nama itu sendiri.
Al-amin dalam terjemahannya berarti "Orang yang dapat dipercaya", tapi entah bagaimana ternyata namanya kurang sesuai dengan kenyataannya. Saya kira tidak akan mungkin seorang ibu atau ayah memberi nama anaknya dengan misalnya Dholim (orang yang zalim) atau Jahil (orang yang bodoh), bilamana ada pastilah karena benar-benar tidak sengaja atau lupa tingkat akut. Ibu Al-amin pasti sedih.
Anaknya yang diberi nama sedemikian bagus, didoakan sedari kecil dengan nama itu ternyata melakukan korupsi di saat sudah besar. Adalagi, Syamsul Nur Salim, artinya sebuah matahari penyinar keselematan atau penebar selamat. Toh ternyata sang penebar selamat sekarang musti jadi buron mencari keselamatan karena terkait kasus negara 47 trilyun. Adalagi, Nurdin Halid, kira-kira artinya adalah Cahaya Agama yang kekal. Pun juga yang kekal ternyata adalah kasus-kasusnya yang hingga kira belum kunjung usai.
Masih sangat banyak lagi, off course. Jumlahnya adalah sebanyak hitungan nama orang yang terkena kasus. Baik itu nama Cina, Jawa, Arab, Sanskerta, Jerman, Itali dan lain-lain semuanya pasti mempunyai filosofi arti yang positif.
Orang Jawa punya istilah ‘kaboten jeneng' artinya terlalu berat mempunyai nama. Sampai-sampai ada istilah ruwatan nama atau upacara ganti nama adalah disebabkan karena nama yang disandang dianggap terlalu berat. Misalnya anak kecil diberinama Maha Guru Sakti Jaya. Wow, cukup dahsyat tuh artinya. Biasanya anak yang ‘kaboten jeneng' mempunyai tanda-tanda sakit-sakitan, nakal sekali atau bahkan bisa jadi gila. Jadi nama yang terlalu ‘melip' atau tinggi artinya juga dianggap tidak baik untuk seorang anak. Hanya Tuhan yang tahu pasti apakah memang benar ada syarat tentang ‘kaboten jeneng' ini. Yang saya tahu memang dalam Islam ada beberapa batasan nama-nama yang tidak boleh dipakai sebagai kekhususan yang tidak boleh dipakai oleh kecuali orang-orang yang ditunjuk oleh Allah swt. Di dalam Islam orang awam tidak boleh memakai nama Abul Qosim, itu adalah nama khusus yang hanya dipakai untuk Nabi Muhammad saw. Entah untuk bahasa Inggris, Jawa, Perancis atau Jepang apakah ada syarat seperti itu, saya yakin pasti ada, mudah-mudahan teman-teman ada yang sudi memberitahu saya tentang itu.
Ruwatan atau upacara ganti nama yang yang dilakukan biasanya atas petunjuk seseorang yang mempunyai ‘linuwih' alias mempunyai kelebihan perasaan atau penglihatan batin yang bisa menjelaskan hubungan antara nama dengan pemiliknya, bertujuan untuk mengubah nasib jelek menjadi baik dalam arti berdoa agar bernasib baik. Karena nama adalah doa, setiap kali namanya dipanggil maka itu berarti doa.
Mungkin saja Al-amin atau Nur Salim ini juga ‘kaboten jeneng' sehinga jadi nakal begitu ya Bu? Coba saja diganti yang lebih sederhana, mungkin Njoto atau Urip.
Akhir-akhir ini entah kenapa begitu banyak ketidakcocokan antara sebuah nama dan artinya. Sebenarnya ini satu keniscayaan. Tidak ada hubungan mutlak antara sebuah nama dengan perilaku orangnya. Kriminalitas yang semakin meningkat dan terekspos media tentu saja mengakibatkan semakin banyaknya nama-nama muncul di hadapan kita berikut berbagai kasus yang mempopulerkan nama itu sendiri.
Al-amin dalam terjemahannya berarti "Orang yang dapat dipercaya", tapi entah bagaimana ternyata namanya kurang sesuai dengan kenyataannya. Saya kira tidak akan mungkin seorang ibu atau ayah memberi nama anaknya dengan misalnya Dholim (orang yang zalim) atau Jahil (orang yang bodoh), bilamana ada pastilah karena benar-benar tidak sengaja atau lupa tingkat akut. Ibu Al-amin pasti sedih.
Anaknya yang diberi nama sedemikian bagus, didoakan sedari kecil dengan nama itu ternyata melakukan korupsi di saat sudah besar. Adalagi, Syamsul Nur Salim, artinya sebuah matahari penyinar keselematan atau penebar selamat. Toh ternyata sang penebar selamat sekarang musti jadi buron mencari keselamatan karena terkait kasus negara 47 trilyun. Adalagi, Nurdin Halid, kira-kira artinya adalah Cahaya Agama yang kekal. Pun juga yang kekal ternyata adalah kasus-kasusnya yang hingga kira belum kunjung usai.
Masih sangat banyak lagi, off course. Jumlahnya adalah sebanyak hitungan nama orang yang terkena kasus. Baik itu nama Cina, Jawa, Arab, Sanskerta, Jerman, Itali dan lain-lain semuanya pasti mempunyai filosofi arti yang positif.
Orang Jawa punya istilah ‘kaboten jeneng' artinya terlalu berat mempunyai nama. Sampai-sampai ada istilah ruwatan nama atau upacara ganti nama adalah disebabkan karena nama yang disandang dianggap terlalu berat. Misalnya anak kecil diberinama Maha Guru Sakti Jaya. Wow, cukup dahsyat tuh artinya. Biasanya anak yang ‘kaboten jeneng' mempunyai tanda-tanda sakit-sakitan, nakal sekali atau bahkan bisa jadi gila. Jadi nama yang terlalu ‘melip' atau tinggi artinya juga dianggap tidak baik untuk seorang anak. Hanya Tuhan yang tahu pasti apakah memang benar ada syarat tentang ‘kaboten jeneng' ini. Yang saya tahu memang dalam Islam ada beberapa batasan nama-nama yang tidak boleh dipakai sebagai kekhususan yang tidak boleh dipakai oleh kecuali orang-orang yang ditunjuk oleh Allah swt. Di dalam Islam orang awam tidak boleh memakai nama Abul Qosim, itu adalah nama khusus yang hanya dipakai untuk Nabi Muhammad saw. Entah untuk bahasa Inggris, Jawa, Perancis atau Jepang apakah ada syarat seperti itu, saya yakin pasti ada, mudah-mudahan teman-teman ada yang sudi memberitahu saya tentang itu.
Ruwatan atau upacara ganti nama yang yang dilakukan biasanya atas petunjuk seseorang yang mempunyai ‘linuwih' alias mempunyai kelebihan perasaan atau penglihatan batin yang bisa menjelaskan hubungan antara nama dengan pemiliknya, bertujuan untuk mengubah nasib jelek menjadi baik dalam arti berdoa agar bernasib baik. Karena nama adalah doa, setiap kali namanya dipanggil maka itu berarti doa.
Mungkin saja Al-amin atau Nur Salim ini juga ‘kaboten jeneng' sehinga jadi nakal begitu ya Bu? Coba saja diganti yang lebih sederhana, mungkin Njoto atau Urip.
Post a Comment