Indonesia Malaysia No War Make Love

Diam bukan berarti takut, tunduk bukan berarti takluk. Ganyang Malaysia bukanlah tugas mulia dan suci. Memikirkan nasib TKI dan saudara-saudara kita di tanah rantau malaysia lebih baik dibanding berteriak-teriak garang memplokamirkan perang di negeri sendiri.

Diplomasi bukanlah cermin dari rasa takut dan ketidaktegasan, seandainya Malaysia benar-benar mengajak perang ... jujur saya siap mati berkalang tanah. Akan tetapi apakah perang solusi terbaik ? Hubungan Indonesia Malaysia memang memanas, anggap saja adik kakak yang berebut mainan, Indonesia sebagai negara yang lebih banyak penduduknya analogikan sebagai abang dan Malaysia adik kita.

Sayangnya si Abang kekurangan dari sisi ekonomi dan ada sedikit ketergantungan kepada adiknya. Tapi ingat ada kedekatan kultural dan hubungan persaudaraan yang erat. Bahkan adanya proses kawin mawin antar keluarga diantara dua negeri yang punya budaya sama, yakni Melayu. Selesaikan dengan diplomasi merupakan cara terbaik.

Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Angkatan Muda Pemersatu Rakyat (AMPERA) mengimbau kepada semua komponen bangsa Indonesia-Malaysia untuk mencermati persoalan tersebut secara cermat. cerdas, kepala dingin dan hati yang tenang, sehingga hubungan kedua bangsa dan negara serumpun Melayu itu tetap harmonis.

Ketua Umum AMPERA Anwar Esfa dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat, mengatakan, kasus Indonesia-Malaysia sudah berlangsung lama sejak awal kemerdekaan yang diprakarsai oleh Presiden I RI Soekarno dengan simbol perjuangan "Ganyang Malaysia".

"Oleh karena itu kami berpandangan bahwa ini adalah kasus sejarah masa lalu, dengan demikian kami menyampaikan kepada generasi bangsa kini dan akan datang bahwa janganlah kita memindahkan kasus masa lalu itu menjadi kasus kita hari ini. Mari kita memulai hubungan diplomatik menurut cara kita hari ini dengan mengedepankan perdamaian, kesetaraan dan kesesuaian antara anak bangsa Indonesia-Malaysia," katanya.

Anwar menyatakan, sudah saatnya generasi bangsa Indonesia mewujudkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam alinia ke-4 Pembukaan UUD 1945 "bahwa ; ...... Pemerintah Negara Indonesia ..... ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.... dan oleh karena itu maka seluruh komponen bangsa jangan kemudian memperkeruh persoalan.

Sedangkan, insiden penangkapan terhadap pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) oleh Pemerintah Malaysia pada (13/8) dan termasuk kasus-kasus Tenaga Kerja Indonesia selama ini dizalimi di negara jiran, itu disebabkan karena ketidakmampuan Indonesia dalam melakukan diplomasi secara cerdas, elegan dan komprehensip, katanya.


Menurut Anwar, sangat penting dan mendesak untuk meningkatkan hubungan diplomatik yang selama ini sifatnya formalistik dan hanya dilakukan oleh pemerintahan formal Indonesia, tanpa melibatkan pelaku usaha, elemen masyarakat (LSM dan Ormas), kenyataannya yang mengalami ketersinggungan berat adalah masyarakat Indonesia.

"Kemarahan masyarakat Indonesia harus diapresiasi dengan cerdas. Oleh larena itu jangan kemudian anggota DPR ikut memanas-manasi suasana tersebut sebab tidak ada untungnya," ujarnya.

Anwar juga mempertanyakan mengapa pemerintah Indonesia tidak melakukan diplomasi yang sama dengan yang dilakukan terhadap negara singapura dan Amerika Serikat yang sebenarnya secara nyata sudah melakukan kesalahan berat dengan Indonesia dengan menampung uang-uang haram dari Indonesia ke Singapura dan menguras sumberdaya alam Indonesia secara besar-besaran.

Oleh karena itu, AMPERA mengimbau kepada Menteri Luar Negeri dan Duta Besar Indonesia- Malaysia untuk duduk bersama, mengkaji lebih mendalam persoalan yang terjadi selama ini dan menemukan format hubungan diplomatik yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.

"Indonesia-Malaysia tidak dipungkiri adalah satu rumpun Melayu. Oleh karena itu jangan biarkan hubungan serumpun itu terputus dan terpecah belah hanya karena persoalan teknis, sudah saatnya kita rajut kembali hubungan diplomatik tersebut dengan cara yang lebih berkualitas, baik, teratur, menyeluruh dan berkelanjutan," demikian Anwar Esfa.
Bookmark and Share

0 komentar:

Post a Comment