Cara Kasar Rieke 'Oneng' Berkampanye

Pemilihan umum, termasuk pilpres 2009 tidak semata-mata memenangkan para kontestan atau peserta pemilu, tapi merupakan salah satu sarana untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang demokratis.
Dalam pilpres kali ini, terutama saat kampanye tiba, rakyat jangan hanya diberi tontonan praktek politik yang saling menyerang antar masing-masing pasangan dengan cara tidak sehat, dan tidak kompetitif. Tapi, perlu adanya edukasi dan pembelajaran politik.

Contoh yang tidak baik tersebut baru-baru ini telah diperlihatkan pendukung pasangan Megawati-Prabowo, yaitu artis sinetron Rieke Dyah Pitaloka yang tanpa sungkan meminta seorang tukang becak mengganti kaos bergambar SBY dengan kaos Mega Pro. Apa yang dilakukan pemeran Oneng itu oleh beberapa kalangan dinilai berlebihan.

Cara berkampanye seperti itu, menurut saya lebih mementingkan simbol-simbol partai ketimbang kebijakan program. Itu merupakan hal yang berlebihan dan tak pantas dilakukan saat berkampanye. Lebih baik bersaing dengan mengangkat masalah yang terkait program-program kampanye, bukannya pemaksaan kehendak simbol-simbol partai.

Deklarasi damai yang diadakan KPU dan telah ditandatangani oleh ketiga pasangan capres dan cawapres beberapa waktu lalu kiranya hanya sekedar formalitas semata tanpa memberikan arti apa-apa. Bagaimanapun juga deklarasi damai harus menyepakati adanya etika politik yang tegas terhadap ketiga capres dan cawapres, seperti dilarangnya berkampanye yang berbau SARA dan juga simbol-simbol poitik.

Maraknya kasus kampanye negatif ini semakin memperlihatkan bagaimana karakter mereka sesungguhnya, tetapi masalah ini tidak akan mempengaruhi tingkat elektabilitas para capres dan cawapres. Banyak kalangan yang meyakini, bahwa faktor gaya merekalah yang mempengaruhi suara mereka.
Bookmark and Share

0 komentar:

Post a Comment