Stop Dreaming Perawan Start Action Milyader

Anak PerawanKarena bingung mau melakukan optimasi di kontes SEO Stop Dreaming Start Action akan tetapi sudah kehabisan tema dan ide, Anak Perawan di Sarang Penyamun Milyader jadi pilihan postingan saya malam ini.

Memang tidak ada hubungannya antara Stop Dreaming dengan Anak anak perawan ataupun milyader dengan start action.

Tapi seperti biasa saya akan memaksa untuk menghubungkannya, minimal untuk diri saya sendiri yang sering Dreaming Anak Perawan ataupun bermimpi jadi Milyader tapi sama sekali tidak melakukan Action.

Judul yang lebih tepat pada postingan ini mungkin, Stop Dreaming memerawani tentang Anak Perawan ataupun Menjadi Milyader, tapi Start Action semampu kita tidak mustahil akan mendapatkan perawan dan menjadi milyader. Saya mencoba mengutip salah satu tulisan yang berjudul Anak Perawan di Sarang Milyader.

Anak Perawan di Sarang Milyarder

Alkisah di suatu negeri kepulauan yang tak putus dirundung multi krisis tersebarlah suatu kabar sensasional bin heboh nian. Seorang pria milyarder berusia hampir 50an tahun dikabarkan menikahi gadis balita (bawah lima belas tahun). Di kota bermukimnya sang milyarder digambarkan sangat kaya raya.

Propertinya tersebar di tiap penjuru kota. Teras rumahnya dilengkapi ’showroom’ dengan deretan mobil mewah keluaran mutakhir berkilau-kilau memantulkan prospek materi, menyilaukan mata dan menggoda hati orang yang melihatnya.

Sebuah pameran kemewahan yang akan membuat para gadis berpikir seratus kali jika akan menolak lamaran sang milyarder. Tak kurang sebuah brankas besar berisi milyaran uang terpajang angkuh dan kokoh di teras istananya, membuat kagum dan keder para warga sekaligus makin menegaskan eksistensi sang tokoh milyarder di kotanya. Iapun seolah menjelma menjadi raja kecil di lingkungannya, sebuah kota yang menjadi bagian dari republik yang sarat dengan kontras sosial ekonomi ini.

Kisah tentang kiprah sang milyarder seolah mengikuti adagium klasik: harta-tahta-wanita. Ketika harta dan materi mendongkrak tahta atau posisi seseorang maka biasanya akan muncul keinginan-keinginan lain untuk melengkapi eksistensinya, termasuk diantaranya keinginan terhadap wanita sebagai pendamping hidup. Semuanya berjalan normal dan wajar.

Kontroversi muncul ketika kata “wanita” pada adagium tersebut ditafsirkan menjadi “wanita-wanita”, bahkan “wanita dibawah umur” seperti yang dilakukan oleh sang tokoh milyarder di republik kontras ini. Ia pun menjadi man make news yang dikejar para wartawan, menjadi pusat fokus dari sorotan kamera berbagai media lokal dan nasional.

Popularitas sang milyarder pun naik ke tingkat nasional. Beragam komentar dan reaksi muncul bersahutan. Psikolog, ulama, LSM, menteri, bergantian merespon. Polisi pun menindaklanjuti.

Adapun sang mempelai wanita belia yang selama ini terkesan “dibungkam” akhirnya angkat bicara. Pernyataan gadis yang dianggap masih bau kencur itu mungkin diluar perkiraan publik pada umumnya.

Tapi sesungguhnya tidaklah mengejutkan bagi yang paham gejala sosial di negeri ini. Publik yang selama ini mencemaskan kondisi psikologis si gadis, menyayangkan kepolosan dan masa anak-anak yang akan terenggut oleh pernikahan dini tersebut pun kecewa dan kecele. Dan ekspektasi publik tentang citra kepolosan, kebaukencuran, kesan kekanakan, pupuslah sudah, menguap diudara, seiring dengan kalimat-kalimat yang sangat “dewasa” yang diucapkan si gadis belia.

Pernyataan gadis balita (bawah limabelas tahun) itu bisa ditarik sebagai contoh kasus yang mengindikasikan bahwa anak-anak bangsa era kontemporer ini sebetulnya sudah sangat melek terhadap prospek materi bahkan di usia yang masih belia.

Silahkan bertanya pada para sosiolog ataupun psikolog, apakah ini progresi atau regresi dan dekadensi. Silahkan pula mengutuki tayangan-tayangan yang menjual mimpi dan kemewahan semu di ruang keluarga kita yang mengkarbit anak-anak bangsa serta merasukinya dengan nilai-nilai materialis profanistik dan paham instanisme anti etos kerja.

Dan tampaknya kisah ini akan berakhir dengan happy ending. Sang milyarder happy, si ortu happy, anak gadisnya tentu juga happy seperti saat mengutarakan rasa cintanya kepada sang milyarder. Maka moral lesson atau pesan moral dari kisah ini ialah bahwa untuk soal fisik dan usia, cinta mungkin buta.

Tapi untuk urusan harta dan materi cinta sebenarnya melek sekali dan tidak buta. Karena cinta dengan jeli tau mana yang milyarder, mana yang bukan. Maka tidaklah aneh jika cinta di era kontemporer multi krisis ini menganut rangkaian motto seperti: “witing tresno jalaran akeh duite”, atau “dari harta turun ke hati”.

Bookmark and Share

3 komentar:

    kayaknya judulnya diganti ama sang milyarder yang suka perawan ...

     

    Foto pasangan yang serasi, wkwkwkwkwkwk

     

    artikel bagus kang numpang masang link satu dari http://cewekperawan.info

     

Post a Comment