Gerakan Pemilu Damai di Aceh

Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009

Pemilu Indonesia 2009 di negeri ini tidak semata-mata digelar untuk mengisi kursi-kursi dewan yang terhormat. Tetapi lebih dari itu, ada sebuah kepentingan yang lebih besar yang selalu kita bela, yaitu proses pembelajaran politik untuk membawa bangsa ini semakin dewasa dalam berdemokrasi. Karena caleg yang berkualitas tidak dapat dihasilkan melalui sebuah mekanisme Pemilu yang anarkis.
Di tengah maraknya aksi aksi anarkis selama proses menjelang Pemilu Indonesia 2009 di wilayah bekas konflik, Aceh, seperti intimidasi ke rumah-rumah warga oleh aktivis parpol tertentu, pembakaran kantor Parpol, perusakan baliho, penghilangan bendera dan alat peraga kampanye pemilu indonesia 2009, sebuah ikrar Kampanye Damai Pemilu hadir membawa kesejukan.

17 Pebruari 2009 yang lalu, 460 Caleg DPRK Banda Aceh yang akan bertarung pada Pemilu Indonesia 2009, mengikrarkan kesepakatan bersama untuk mengsukseskan pemilu Indonesia secara damai serta demokratis. Kegiatan yang digagas oleh Pokja Sosialisasi dan Kampanye KIP Banda Aceh bekerjasama dengan Muspika setempat itu, patut mendapat apresiasi positif. Karena melalui kegiatan itu, terjalin silaturahmi antar caleg di setiap dapil di Kota Banda Aceh.

Kampanye Damai PemiluMelalui ikrar tersebut, mereka telah berkomitmen untuk selalu mengedepankan terlaksananya Pemilu 2009 yang demokratis, dan terlaksananya tahapan kampanye dengan damai, tertib dan aman di Kota Banda Aceh; berkomitmen akan mengedepankan tema kampanye Pemilu Indonesia 2009 , yang membawa kesejukan, keamanan dan kedamaian -- baik dalam bentuk reklame/iklan politik maupun pidato dalam kampanye rapat umum; berkomitmen akan mengendalikan massa partai dan tim sukses kami untuk menahan diri, menghindari intrik dan intimidasi, provokasi, pelecehan, pencemaran nama baik, harkat dan penghinaan sesama calon legislatif dalam bentuk apa pun selama berlangsungnya Pemilu Indonesia 2009; serta kesediaan untuk tunduk dan patuh terhadap segala ketentuan yang berlaku selama Pemilu Indonesia 2009.

Kalau saja pola ini dapat diikuti oleh para caleg di wilayah NAD (Nagroe Aceh Darussalam) lainnya, tentu gejolak sosial yang mewarnai proses Pemilu di NAD saat ini dapat diminimalisir. Para caleg yang terlibat dalam penandatangan ikrar tersebut, telah memberi teladan kepada masyarakat sebagai calon pemilih untuk membangun hidup saling berdampingan, kendati berbeda parpol.

Memang, banyak pihak banyak pihak yang meragukan kualitas pemilu 2009 di Aceh, di antaranya Wakil Pemerintahan Aceh, Muhammad Nazar SAg. Ada beberapa catatan pertimbangan baginya untuk meragukan kualitas pemilu 2009, terutama kualitas parlemen produk pemilu Indonesia 2009. Pertama, banyak caleg DPRA/DPRK saat ini yang sebelumnya tidak memiliki pengalaman berorganisasi sama sekali. Kedua, bahkan jangankan berorganisasi, mereka juga belum cukup terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Ketiga, ditambah lagi banyak caleg yang berpendidikan rendah atau berijazah paket C.

Pandangan pesimis itu, mungkin saja benar dari aspek kualitas intelektual caleg. Tetapi Pemilu di negeri ini tidak semata-mata digelar untuk mengisi kursi-kursi dewan yang terhormat. Tetapi lebih dari itu, ada sebuah kepentingan yang lebih besar yang selalu kita bela, yaitu proses pembelajaran politik untuk membawa bangsa ini semakin dewasa dalam berdemokrasi. Karena caleg yang berkualitas tidak dapat dihasilkan melalui sebuah mekanisme Pemilu yang anarkis. - Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009

Anggi Astuti
Jaringan Epistoholik Jakarta (JEJAK)
anggiastuti@*****.com
Bookmark and Share

1 komentar:

    Sukses terus Om si cantiknya... Ntar saya dukung dari Blog saya.. Kapan ke Jogja Om??

     

Post a Comment