Kampanye Damai Blogger Indonesia 2009

Kampanye Perang
"saya toh sama ndak tahunya apakah posting itu salah atau benar"?"

(Kalau penulis mengungkap bukti atau fakta dan analisanya itu diperbolehkan sebagai hak azasi berpendapat). Tapi seandainya penulis hanya berpatok pada email dari orang surat kaleng, atau kabar burung yang dihembuskan kata si anu dan si ini dan saat dikonfirmasi cuma menjawab seperti gambar Kacung diatas , barulah kita bisa berujar ... kira-kira enaknya diapain manusia kursi orang kayak gini ... menulis tanpa fakta dan bukti.

Masih ingat tulisan saya tentang Kampanye Perang di Kampanye Damai Blogger Indonesia 2009, ternyata betul-betul terjadi, ketika ada deklarasi kampanye damai pemilu di dunia nyata yang juga diramaikan oleh kontes seo kampanye damai pemilu Indonesia 2009. Ternyata ada kampanye perang. Saya cuma berharap semoga keadaan kembali damai dan tentram.

Memang Dunia Maya itu sandiwaranya panggung sandiwara, tidak sedikit Kacung yang bergaya Ndoro. Ternyata bukan hanya buku yang bisa dijadikan alat propaganda yang cukup efektif. Dunia Blogger ternyata sama, ada yang jujur mengungkap fakta, ada yang melempar mercon menelanjangi, menghina, memfitnah lalu menghilang. Padahal kita semua berada pada tempat yang berjauhan.

Kalau ditanya pendapat saya sebagai pemula yang sedang belajar SEO dengan adanya percikan-percikan Kampanye Perang Blogger Indonesia ... saya sependapat dengan Mas Ekonurulhuda
Ada beda antara "menyebarluaskan masalah" dengan "menyebarluaskan kabar tentang suatu masalah". Yang pertama cenderung berpihak dan ikut campur ke dalam permasalahan. Karena berpihak, maka si penyebar luas masalah itu ya ikut menyerang "musuh" orang yang ia dukung. Sedangkan yang kedua, sekedar menyampaikan apa yang terjadi dan kemudian memberikan pandangannya sendiri sebagai urun saran agar masalah tersebut bisa diselesaikan dengan baik. Beda kan?

Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009Saya tidak akan membahas ngeblog sebagai alat propaganda mudah-mudahan tidak akan pernah terjadi lagi. Karena saat 'Jiwa kita terbunuh oleh tulisan orang lain" terlalu mudah untuk membunuh jasadnya tanpa perlu carok-carokan saling mengancam.

Menjelang pemilu dan pendidikan politik bagi rakyat kecil dan kacung seperti saya. Tidak ada salahnya kita coba mengurai kenapa "Buku bisa Menjadi alat Propaganda"

Salah satu buku yang menghebohkan masyarakat Indonesia beberapa waktu yang lalu, adalah buku berjudul ”Membongkar Kegagalan CIA” (The Legacy of Ashes, The History of the CIA) karya Tim Weiner. Dalam buku tersebut menyebut mantan Wapres RI almarhum Adam Malik sebagai agen Badan Pusat Intelijen AS (CIA) sejak tahun 1964. Peredaran buku tersebut di masyarakat Indonesia telah membentuk opini negatif tentang sosok Adam Malik.

Meskipun apa yang ditulis seorang wartawan asing bernama Tim Weiner belum tentu kebenarannya, namun opini negative sudah terlanjur terbentuk, sehingga masyarakat bertanya-tanya benar atau tidak Adam Malik terlibat jaringan CIA di Indonesia masa itu.

Jika dicermati secara teliti penyebutan mantan Wapres RI almarhum Adam Malik sebagai agen Badan Pusat Intelijen AS (CIA) sulit dibuktikan karena tidak ada sumber tertulis, hanya wawancara dari sumber pelaku dan sumber pelaku sudah meninggal, sulit untuk dikonfirmasi. Bisa saja penulis mengarang saja dengan maksud untuk mengacaukan Indonesia, bahwa para pimpinannya dahulu juga berlaku tidak terpuji. Mau dikonfirmasi kemana sumber yang disebut sudah meninggal.

Namun apa yang disampaikan sudah terlanjur membentuk opini yang menimbulkan pertanyaan di masyarakat Indonesia. Dalam teori propaganda yang saya baca, teknik ini merupakan upaya melempar pesan dan membiarkan masyarakat berfikir sendiri (let them think), kemudian mengambil keputusan (let them decide), atau bahkan dengan pesan tersebut agar masyarakat Indonesia bertengkar sendiri (let them fight).

Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam berpendapat, sekalipun materi buku Weiner mengundang polemik, pelarangan peredaran buku itu bukanlah langkah baik. Pemerintahlah yang sebaiknya bersikap, misalnya, Menteri Sosial harus menyatakan posisi Adam Malik yang pada 1998 mendapat gelar pahlawan nasional karena gelar tersebut pastilah lewat seleksi ketat.

Di mana pun dan kapan pun, tidak bagus jika kebijakan yang diambil adalah pelarangan buku Weiner tersebut. Namun, informasi yang sesat yang membunuh karakter juga tidak boleh disebarluaskan. Jalan tengahnya adalah buku tetap bisa beredar, tetapi ada bagian tertentu yang dihitamkan.

Sementara itu, putra Adam Malik, Otto Malik sependapat bahwa tidak perlu ada ”buku putih”. Penulis cukup ditanya mengenai bukti tudingannya terhadap Adam Malik
(Kalau penulis mengungkap bukti atau fakta dan analisanya itu diperbolehkan sebagai hak azasi berpendapat). Tapi seandainya penulis hanya berpatok pada email dari orang surat kaleng, atau kabar burung yang dihembuskan kata si anu dan si ini dan saat dikonfirmasi cuma menjawab seperti gambar Kacung diatas , barulah kita bisa berujar ... kira-kira enaknya diapain menulis tanpa fakta dan bukti.

Namun, jika merujuk paparan keseluruhan dari Weiner, sudah terang bahwa sebenarnya Adam Malik bukanlah agen CIA. Sebelumnya, Ketua Departemen Politik Pertahanan dan Keamanan Partai Keadilan Sejahtera Al Muzzammil Yusuf pun berpandangan, pemerintah perlu menjawab tuntas soal buku Tim Weiner, terutama soal posisi dan peran Adam Malik.

Masyarakat Indonesia maupun pemerintah harus hati-hati menyikapi isi buku tersebut, waspadai ada propaganda asing yang sengaja dilemparkan untuk mengacaukan situasi di Indonesia. Aparat berwenang sebaiknya mewaspadai ada agenda tersembunyi pihak asing untuk menghacurkan Indonesia. Wallohu alam bisawab

Semoga kampanye damai pemilu Indonesia 2009 bisa terealisasi di dunia nyata dan dunia maya.

Source : dari berbagai sumber
Bookmark and Share

11 komentar:

    Asal tuduh tanpa bukti yang cukup memang sangat tidak baik, apalagi kalau ternyata justru cuma fitnah belaka. :(

     

    Kalau suasana blogger memanas tapi terus banyak juga blogger yang memposting hal-hal seperti ini...mudah2 suasananya cepet mendingin he..he..

     
    On March 23, 2009 at 9:33 AM Anonymous said...

    Amiiinn...

     
    On March 23, 2009 at 1:13 PM Anonymous said...

    Intinya tentang etika dan tata krama mengkritik melalui tulisan nih kayaknya ya? Yang terpenting menurut saya yaitu bagaimana tulisan bernada kritikan yang kita buat bisa berimbang dan mampu menggugah pembacanya untuk menjadi lebih baik lagi.

    Oya, kemarin saya memposting ulasan tentang GAYA KRITIKAN di blog saya. Mungkin bisa dibaca sebagai pelengkap wacana. Makasih sebelumnya. Salam kenal.

     

    Kritik yang baik adalah kritik yang berisi saran..
    kritik dan saran merupakan 2 hal yg tidak boleh dipisahkan....

     

    SI Cantik, bisa gak design logo blogger Anti Korupsi. Kita kampanye Anti Korupsi di dunia maya.

     

    kritik adalah membangun, asal jgn saling pukul

     

    Damai itu indah [kalalo]

     

    greeet... hehe

     

    aduh, sakit nih mata bacanya, backgroundnya gelap sih :(

     

    Kritik itu sangat perlu, tapi penyampaiannya harus memenuhi kaidah etika tertentu, yaitu bagaimana si penerima kritik tidak tersinggung atas kritikan yang ia terima dan dapat manfaat dari kritikan tersebut

     

Post a Comment